Jagat media sosial, khususnya Threads, tengah ramai membahas pernyataan seorang warganet yang membandingkan industri musik Malaysia dengan industri musik Indonesia. Isu ini mencuat setelah banyak konser dan festival musik asal Indonesia sukses digelar di Malaysia, dan hampir semuanya ramai hingga sold out.

Pernyataan itu menyulut diskusi panjang di antara pengguna media sosial, baik dari Indonesia maupun Malaysia. Banyak yang membenarkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, musik Indonesia memang tengah menjadi primadona di Negeri Jiran.
Konser Musisi Indonesia di Malaysia: Selalu Ramai, Tiket Ludes
Fenomena ini sebenarnya bukan baru terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, nama-nama besar seperti Tulus, Dewa 19, Noah, Rizky Febian, Yura Yunita, hingga Pamungkas dan Hindia telah menggelar konser di berbagai kota di Malaysia — dan hasilnya luar biasa.

Tiket konser mereka kerap ludes dalam hitungan jam. Bahkan konser di kota-kota non-ibu kota seperti Johor Bahru dan Penang pun tetap ramai diserbu penonton. Yang menarik, sebagian besar penonton bukan hanya diaspora Indonesia, tapi juga masyarakat Malaysia sendiri yang secara aktif mengikuti dan menikmati musik Indonesia.
Musik Indonesia Ungguli Musisi Lokal?
Inilah yang menjadi titik panas diskusi di Threads. Sebagian netizen Malaysia mengakui bahwa pamor musisi lokal mereka perlahan tertutupi oleh gelombang musik Indonesia yang masuk dengan kuat dan konsisten.

“Lagu-lagu Indonesia tu memang sedap didengar, lebih relatable dan produksi pun mantap,” tulis seorang pengguna Threads dari Kuala Lumpur. Sementara itu, netizen Indonesia menyambut hal ini dengan bangga, tetapi juga mengingatkan bahwa ini seharusnya menjadi ajang kolaborasi antarbangsa, bukan kompetisi.
Faktor-Faktor yang Mendorong Popularitas Musik Indonesia
Beberapa faktor yang disebut-sebut menjadi alasan mengapa musik Indonesia begitu digemari di Malaysia antara lain:
- Bahasa serumpun yang membuat lirik mudah dimengerti dan dinyanyikan.
- Emosi yang kuat dalam lagu-lagu Indonesia, terutama di genre pop dan indie.
- Produksi musik yang semakin berkualitas, baik dari segi aransemen maupun visual pertunjukan.
- Kekuatan media sosial dan platform digital, di mana lagu-lagu Indonesia sering viral di TikTok dan playlist Spotify di Malaysia.
Kesimpulan: Peluang untuk Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Fenomena ini menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal, yang bisa menembus batas negara dan budaya. Meningkatnya minat masyarakat Malaysia terhadap musik Indonesia bukan berarti musisi lokal kalah bersaing, melainkan membuka peluang lebih besar untuk kolaborasi lintas negara di Asia Tenggara.

Daripada saling membandingkan, mungkin sekarang saatnya musisi Indonesia dan Malaysia saling mendukung dan memperkuat identitas musik regional agar bisa bersinar lebih terang di panggung internasional.
