Bagi masyarakat yang melintasi jalur utama Magelang–Yogyakarta, pemandangan deretan pohon berbunga indah yang menyerupai bunga sakura mungkin menjadi daya tarik tersendiri. Warna-warna lembut yang menghiasi jalanan ini kerap mengundang perhatian dan rasa kagum, terutama saat musim mekar tiba. Namun, tahukah Anda bahwa pohon-pohon ini bukanlah sakura dari Jepang, melainkan Tabebuya, sejenis pohon hias yang berasal dari kawasan tropis Amerika Selatan?

Mengenal Pohon Tabebuya
Pohon yang oleh banyak orang dijuluki sebagai “Sakura Magelang” ini sebenarnya adalah Tabebuya, dengan nama ilmiah Handroanthus chrysotrichus (dulu disebut Tabebuia). Meskipun berasal dari Brazil, pohon ini telah lama diadaptasi di berbagai wilayah tropis, termasuk Indonesia, karena keindahan bunganya yang menyerupai bunga sakura Jepang.

Bunga Tabebuya memiliki kelopak yang besar dan berwarna mencolok, mulai dari merah muda, kuning, putih, hingga ungu. Mekarnya pun serentak dan dramatik, menjadikannya pemandangan yang menawan di sepanjang jalur yang ramai dilalui kendaraan dan wisatawan.
Musim Mekar: Juli hingga September
Di Magelang, Tabebuya biasanya berbunga setahun sekali, yakni pada bulan Juli hingga September. Namun, pada tahun-tahun tertentu, pohon ini bisa berbunga lebih dari satu kali, tergantung pada kondisi cuaca dan perubahan musim. Saat berbunga, jalanan seolah diselimuti kelopak-kelopak indah yang berguguran, menciptakan suasana romantis dan sejuk meski di tengah lalu lintas padat.

Keindahan ini sering kali membuat warga dan wisatawan berhenti sejenak untuk mengambil foto, atau sekadar menikmati keindahan pohon-pohon yang berjajar rapi di tepi jalan. Tak sedikit pula yang menyangka bahwa mereka sedang melihat bunga sakura ala Jepang—padahal ini adalah kekayaan tropis yang tumbuh subur di tanah Jawa.
Daya Tarik Wisata yang Alami
Fenomena mekar massal Tabebuya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi Magelang, menambah nilai estetika kota dan memberikan pengalaman visual yang unik bagi para pengunjung. Tanpa perlu terbang ke Jepang, masyarakat lokal dan wisatawan sudah bisa menikmati suasana “hanami” versi Indonesia dengan latar alam pegunungan dan udara sejuk khas Magelang.

Beberapa warga bahkan memanfaatkan momentum mekarnya Tabebuya untuk kegiatan komunitas, fotografi, atau konten media sosial. Ini membuka peluang bagi pengembangan potensi wisata lokal berbasis alam dan estetika kota.