BERITA DESTINATION

DESA ISLAM TERTUA DI BALI YANG AWALNYA HANYA DI HUNI 40 PRAJURIT MAJAPAHIT

Kampung Gelgel, yang terletak di Klungkung, Bali, adalah desa kecil dengan sejarah yang unik, menggabungkan dua budaya besar, Islam dan Hindu. Desa ini dikenal sebagai salah satu pemukiman Islam tertua di Bali dan memiliki kisah menarik tentang hubungan antara kerajaan Majapahit dan pengaruh Islam di Bali.

Sejarah Awal Kampung Gelgel

Kampung Gelgel bermula pada abad ke-14, ketika Dalem Ketut Nglesir, Raja Gelgel I, mengunjungi Majapahit untuk menghadiri sebuah konferensi. Sebagai penghargaan, Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk, memberikan 40 prajurit Islam untuk mengawal Dalem Ketut Nglesir kembali ke Bali. Setelah tiba di Bali, Raja Gelgel memberi sebidang tanah di sisi timur kerajaan untuk tempat tinggal para prajurit tersebut. Ke-40 prajurit ini kemudian membentuk komunitas Islam, menjadikan Kampung Gelgel sebagai pemukiman Islam pertama di Bali.

Masjid Nurul Huda: Simbol Toleransi

Salah satu simbol sejarah penting di Kampung Gelgel adalah Masjid Nurul Huda, yang diyakini sebagai masjid tertua di Bali. Masjid ini didirikan oleh para prajurit Islam dari Majapahit, menjadi bukti adanya interaksi antara budaya Islam dan Hindu di Bali. Meskipun kini mayoritas penduduk Kampung Gelgel beragama Hindu, tradisi toleransi antarumat beragama tetap terjaga.

Toleransi dan Tradisi Sosial

Masyarakat Kampung Gelgel hidup harmonis meskipun ada perbedaan agama. Salah satu contoh toleransi yang terlihat adalah tradisi megibung, yakni makan bersama yang melibatkan berbagai latar belakang agama. Kegiatan ini sering dilakukan pada hari-hari besar keagamaan, mempererat hubungan antarwarga desa dan menjaga keharmonisan.

Kampung Gelgel sebagai Destinasi Wisata

Kini, Kampung Gelgel menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik bagi wisatawan. Mereka dapat mengunjungi Masjid Nurul Huda dan belajar tentang sejarah Islam di Bali, serta merasakan kehidupan sehari-hari yang penuh toleransi. Kampung Gelgel bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol dari perjalanan panjang budaya dan agama yang menyatu dalam harmoni di Bali.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *